Mohon Disimak baik-baik
Kewajiban Seorang Mukmin Mencintai Orang Sholih
Minggu, 13 April 2014
Qolbun Saliim: Syekh Abu Ya'qub Yusuf Al-Hamdani
Qolbun Saliim: Syekh Abu Ya'qub Yusuf Al-Hamdani: Dia adalah salah satu dari knowers paling langka Allah, sebuah pilar dalam Sunnah Nabi Itu adalah imam (pemimpin agama), seorang `alim ...
Ilmu amal dan bala
Syekh Abu Ya'qub Yusuf Al-Hamdani
Dia adalah salah satu dari knowers paling langka Allah, sebuah pilar
dalam Sunnah Nabi Itu adalah imam (pemimpin agama), seorang `alim (ulama), dan`
arif (pengetahuan rohani Allah). Itu adalah salah seorang guru besar waktunya
di negara untuk meningkatkan pengikut merekaPara sarjana dan pecinta digunakan
untuk datang ke Eron jumlah besar khaniqah (penarikan) di kota Merv,
Turkmenistan pada saat ini, untuk mendengarkan dia.
Lahir di Buzanjird di Hamadan di 440 H., ia pindah dari Hamadan ke
Baghdad untuk delapan belas tahun. Shaykh Ibrahim ibn `Ali ibn Yusuf
al-Fairuzabadi. Ia belajar di sekolah Syafi'i hukum di bawah pengawasan tuan
waktu, Syaikh Ibrahim ibn 'Ali bin Yusuf al-Fairuzabadi. Diadakan pertemuan
mereka di Baghdad dengan sarjana besar, Abu Ishaq asy-Syirazi, yang diberikan
kepadanya penghormatan terbesar dari setiap siswa lainnya sementara yang
termuda.
Ini begitu cemerlang seorang pengacara yang menjadi marja `(referensi)
pada waktu itu untuk semua ulama di lapanganDia dikenal di Baghdad, pusat
pengetahuan Islam, di Isfahan, Bukhara, Samarkand, Khwarazm, dan di seluruh
Asia '.
Belakangan dalam hidupnya ia pensiun dan meninggalkan dunia di belakang.
Dia menjadi seorang pertapa dan terlibat dalam ibadah dan dalam mujahada
konstan (perjuangan spiritual). Dia menemukan dirinya dengan Syekh Abdullah dan
Syekh Hasan Ghuwayni Simnani, tapi rahasianya diberikan oleh Sheikh Abu 'Ali
al-Farmadhi. Berkembang dalam diri dan kontemplasi sampai ia menjadi Ghaust
(Kutub pendoa syafaat) pada waktu ituIni dikenal sebagai Hujan Realitas dan
Kebenaran dan Pengetahuan Spiritual. Pada akhirnya pindah ke Merv. Melalui dia
peristiwa ajaib yang tak terhitung jumlahnya terjadi.
Karomah
Tercermin atribut Ilahi Keperkasaan (al-Qahhar) dengan mereka yang
menentang penyebaran spiritualitas. Berikut adalah dua tindakan ajaib dalam
referensi untuk ini:
Suatu hari ia melakukan pertemuan di mana ia bersinar pendengarnya dengan
pengetahuan surgawi. Dua sarjana sastra yang hadir berkata, "tetap diam,
karena kau merancang terobosan," katanya kepada mereka, "Jangan
bicara tentang hal-hal yang tidak dapat mengerti. Akan lebih baik bagi Anda
untuk mati daripada untuk tinggal "Ketika dia mengatakan hal ini., Mereka
jatuh mati.
Ibnu Hajar al-Haytham laporan dalam bukunya al-Fatawa al-Hadithiyya,
"Abu Sa` id `Abdullah bin Abi Asrani, yang 'Imam Syafi'i sekolah,
berkata," Ketika saya mulai mencari pengetahuan agama, aku menemani teman
saya, Ibnu as-Saqa, yang adalah seorang mahasiswa di Nizamiyah Sekolah, dan itu
kebiasaan kami untuk mengunjungi para bhakta Kami mendengar bahwa ada di Baghdad
ada orang bernama Yusuf al-Hamadani yang dikenal sebagai al-Ghawth,. dan mampu
mana pun ia ingin muncul dan menghilang dengan cara yang sama. Oleh karena itu
saya memutuskan untuk pergi ke dia dengan Ibnu as-Saqa dan Syekh Abdul Qadir
al-Jilani, yang adalah seorang pria muda pada saat itu. Ibn as-Saqa berkata,
"Ketika kita mencapai Syekh Yusuf al-Hamadani akan membuat dia pertanyaan
yang tidak akan merespon. "kataku," Aku menanyakan satu pertanyaan
dan aku ingin melihat apa yang saya katakan..' Syaikh 'Abdul Qadir al-Jilani
berkata,' Ya Allah, lindungilah aku dari menanyakan sesuatu yang suci seperti
Yusuf al-Hamadani, tapi aku akan pergi kepadanya untuk berkat barakah dan
Pengetahuan Ilahi. "
"Kami pergi ke hadirat-Nya. Menyembunyikan dan tidak melihat dia
dalam waktu satu jamIbn as-Saqa tampak marah dan berkata, tanpa harus
diberitahu tentang nama-Nya, "Wahai Ibnu as-Saqa, bagaimana Anda berani
mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk membingungkan saya?"
Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya adalah ini! " Lalu ia berkata
kepada Ibnu Saqa, 'Aku melihat api kekufuran (tidak percaya) untuk membakar
dalam hati Anda. Dia menatapku dan berkata, 'O `Abdullah, Anda mengajukan
pertanyaan dan menunggu jawaban saya? Pertanyaanmu itu adalah ini dan jawabannya
adalah ini. 'Biarkan orang berkabung untuk Anda, karena mereka kehilangan
akibat dari kurangnya penghormatan untuk saya' Kemudian ia menatap Syaikh
'Abdul Qadir al-Jilani dan berkata, "Ayo, anakku. Aku akan memberkati
Anda. O `Abdul Qadir, Anda telah memenuhi Allah dan Rasul-Nya dengan hormat
yang tepat Anda untuk sayaSaya melihat Anda dalam waktu duduk di tempat
tertinggi di Baghdad dan orang-orang berbicara dan membimbing dan memberitahu
mereka bahwa kedua kakimu berada di atas leher setiap wali (orang suci). Dan
saya melihat bahwa setiap wali waktu Anda, busur kepada Anda untuk stasiun
tinggi Anda, dan untuk menghormati. '"
Ibnu Hajar al-Haytham terus, "` Abdul Qadir telah dibangkitkan dan
semua yang Syaikh al-Hamadani berkata tentang dia, itu terjadi Ada datang suatu
waktu dalam tahanan ia berkata, 'kaki saya di leher semua awliya (orang kudus).
, 'dan itu merupakan referensi dan mercusuar bahwa setiap orang dipandu ke
tujuan mereka. "
"Nasib Ibn as-Saqa adalah jenis yang berbeda Itu brilian untuk mengetahui
hukum Islam.. Dia melewati semua ulama pada zamannya. Ia digunakan untuk
berdebat dengan mereka dan mengalahkan mereka, sampai Khalif memanggilnya untuk
menjadi bagian dari pengadilan Suatu hari Khalif. mengirimnya sebagai utusan
kepada Raja Bizantium, yang pada gilirannya memanggil semua imam dan ulama
Kristen untuk berdebat dengan dia. Ibnu as-Saqa mampu melawan dan mengalahkan
mereka semua. Mereka tidak mampu untuk merespon kehadirannya. Dia memberi
mereka jawaban yang membuat mereka tampak seperti siswa sebelum dia.
"Kecemerlangan-Nya terpesona Raja Byzantium sehingga ia diundang
untuk pertemuan-pertemuan pribadi keluarga. Di sini, mata Ibn as-Saqa jatuh
pada putri raja jatuh cinta segera dan diminta untuk menikahi ayahnya, Raja Dia
menolak. kecuali pada kondisi bahwa ia menerima agamanya. Ia melakukannya, ia
meninggalkan Islam dengan menerima agama Kristen sang putri Setelah menikah,
dia menjadi sakit parah.. Mereka melempar keluar gedung. Dia menjadi pengemis,
meminta Semua makanan, tapi tidak ada yang membantu. kegelapan jatuh di
wajahnya.
"Suatu hari dia melihat seseorang yang telah mengenalnya sebelum
orang ini mengatakan:?. 'Aku bertanya,' Apa yang terjadi dengan Anda Lalu orang
itu bertanya, "Apakah kamu ingat sesuatu dari Al Qur'an? Dia menjawab,
'Aku hanya ingat rubbama yawaddu-the-hukum Kanu ladheena kafaru Muslimin ('
Lagi dan lagi mereka yang tidak percaya Muslim akan ingin menjadi''[15:02]).
"'Dia gemetar seolah-olah ia mengambil nafas terakhirnya Dia
berpaling ke arah Kabah (Barat),. Tapi ia terus menoleh ke timur menuju Kabah
Lalu aku memberontak, tetapi beralih ke timur. Aku berbelok ketiga kalinya,
tapi kemudian dia berbalik ke timur, sementara jiwanya meninggalkan dia, kata,
'Ya Allah ini adalah hasil dari hormat saya untuk Perantara Anda, Yusuf
al-Hamadani.' "
Haythami Imam melanjutkan: "Ibnu` Asrani mengatakan, 'Saya pergi ke
Damaskus dan raja di sana, Nuridin Ash-Shaheed, saya memberikan muatan dari
departemen urusan agama, dan aku menerima Akibatnya, saya mencengkeram
kehidupan duniawi apapun. sisi:. hadiah, rezeki, ketenaran, uang, posisi selama
sisa hidup saya ini adalah apa syafaat Yusuf al-Hamadani, aku meramalkan
'".
Dari Kata-Katanya
Para aforisme Yusuf al-Hamadani (q) menggambarkan stasiun yang tinggi di
antara orang-orang kudus. Disse: Dia mengatakan:
"Pembukaan fakultas spiritual sidang di Teman Allah adalah seperti
pesan dari Realitas, Bab dalam Kitab Allah, suatu berkat dari pengetahuan
tentang yang gaib. Dan 'awal pembukaan Jantung dan penyingkapan yang --- Kabar
baik dari Ski Surgawi Ini fajar pemahaman tentang makna ilahi pendengaran Ini
adalah rezeki bagi roh dan kehidupan untuk jantung.. Ini adalah Subsistensi
(baqa) Rahasia (Sirr). Saksi Allah! membuat dirinya visi hamba-Nya yang
dipilih, dan akan bertindak sebagai, Anda Benedetti dekorasi Atribut-Nya.
"Dari orang-orang kudus, ia membuat sebuah kelompok dengar melalui
Menyaksikan-Nya Yang Agung (syuhada at-tanzih); Dia mendengar melalui-Nya Maha
Esa (wahdaniyya); Dia membuat kelompok lain mereka mendengar melalui belas
kasihan-Nya (rahma ) Dan beberapa dari mereka. tidak mendengar melalui
kekuatan-Nya (qudra). "
"Biarlah diketahui kepada Anda, oh man, bahwa Allah menciptakan
Terang Manifestasi-Nya 70,000 malaikat dan ditugaskan berbagai stasiun mereka
antara Takhta (` arsy) dan kursi (Kursi). Dalam Keintiman Kehadiran (UNS) ,
pakaian mereka dari wol hijau, wajah-wajah mereka seperti bulan purnama, berada
dalam hadirat-Nya kagum, gemetar, mabuk Kasih-Nya, berjalan tanpa henti dari
Tahta ke kursi dan kembali karena emosi dan kasih sayang yang membakar dalam
hati mereka Mereka adalah. para Sufi Surga dan e Israfil (malaikat yang meniup
tanduk pada hari kiamat) panduan mereka dan pemimpin, dan Jibril adalah
presiden mereka dan pembicara dan al-Haqq (Allah) adalah Raja mereka
Berkat-berkat dari Allah. pada mereka. "
Ini seperti Yusuf al-Hamadani (q), Shadow Tuhan di Bumi, ia digunakan
untuk menggambarkan realitas dari surga dan stasiun-stasiun yang lebih tinggi
dari para Sufi. Possa Allah benedire la sua anima e santificarlo. Semoga Allah
memberkati jiwanya dan menguduskannya.
Dia meninggal di Khorasan, antara Herat dan Bakshur, pada 12 Rabi
`ul-Awwal 535 H.Dekat makam-nya dibangun sebuah masjid besar dan sekolah.
Dia melewati rahasianya kepada Abul 'Abbas , yang menyerahkan kepada `
Abdul Khaliq al-Ghujdawani .Bahkan yang terakhir yang diterima langsung dari
Yusuf al-Hamadani.
Syekh Abul Hasan 'Ali Al-khirqanii
Syekh
AbulHassan ‘Ali Al-Kharqani Q.S.
Perjalanannya Beliau menerima Tarbiyah Suluk dari Ruhaniah Syeikh Abu
Yazid Al-Bistami karana kelahiran Syeikh AbulHassan ‘Ali Al-Kharqani adalah
hampir setengah abad sesudah meninggalnya Syeikh Abu Yazid Al-Bistami . Pada
setiap tahun sekali telah menjadi kebiasaan bagi Syeikh Abu Yazid Al-Bistami
untuk pergi menziarahi Kubur Para Auliya dan orangorang yang mati Syahid di
Daghistan. Ketika beliau tiba di Kharqan, beliau menarik nafas panjang
seolah-olah menghirup bau bunga yang wangi.Ketika Syeikh Abu Yazid Al-Bistami
ditanya oleh murid-murid beliau apakah yang dihirupnya dan dari manakah
datangnya bau wangi itu? Beliau menjawab, “Bahwa akan datang di bandar ini
kelahiran seorang hamba Allah yang mendapat keharuman dari Allah Ta’ala bernama
‘Ali dan nama Kuniyatnya adalah Abul Hassan yang peringkat Keruhaniannya akan
lebih tinggi dariku tiga kali ganda dan dia akan menghabiskan hayatnya dengan
keluarganya dan bertani. Dia akan lahir seratus tahun sesudahku.”Setelah
beberapa tahun kemudian Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani pun lahir.Setelah
sampai usianya dua puluh tahun, setiap hari dia pergi mengunjungi Maqam Syeikh
Abu Yazid Al-Bistami setelah menunaikan Solat.Di Maqam Kubur Syeikh Abu Yazid
Al-Bistami beliau berdoa, “Ya Allah, kurniakanlah kepadaku sebahagian daripada
Keruhanian yang Engkau beri kepada Abu Yazid.” Setelah dua belas tahun beliau
berbuat demikian,maka pada suatu hari semasa pulang dari Maqam itu, beliau
merdengar satu suara dari Maqam itu berkata, “Abul Hassan, semua Keruhanianku
adalah hadiahmu kepaaku.” Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani menjawab, “Tuan,
saya lahir tiga puluh sembilan tahun Setelah tuan, bagaimana saya menghadiahkan
Keruhanian saya kepada tuan?” Suara itu berkata lagi,“Aku telah terhalang dalam
perjalanan Keruhanianku, maka aku berdoa kepada Allah meminta halangan itu
dibuang. aku merdengar suara Ketuhanan berkata, “Berdoalah kepada Nur yang akan
meliputi kamu apabila kamu melawat Kharqan kali ini.” Saat aku sampai di
Kharqan, aku benar-benar bertemu dengan nur itu yang meliputi dari bumi sampai
ke langit. aku berdoa kepadaNya seperti disuruh oleh Allah, maka dari semenjak
itu terhapuslah halangan itu.”Ketika Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani pulang
setelah peristiwa itu, beliau terasa mendapat kurnia dalam dirinya. Beliau
dapat menghabiskan bacaan Al-Quran dalam dua puluh empat jam, padahal beliau
tidak bisa membaca sebelum peristiwa itu. Beliau merupakan seorang Syeikh yang agung
dan menerima kedudukan yang terpuji di kalangan sekelian Para Auliya pada
zamannya.Syeikh Abu Sa’id, seorang Ahli Sufi yang masyhur pada ketika itu
pernah menziarahinya dan mereka telah banyak bermuzakarah antara satu sama lain
tentang berbagai masalah.Pada suatu ketika sedang mereka berbicara karena keadaan
dzauq, Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani telah memeluk Syeikh SyeikhAbu Sa’id
. Setelah kembali ke tempatnya,Syeikh Syeikh Abu Sa’id telah menghabiskan masa
malam itu dengan bertafakkur, sambil duduk melutut dan juga dia menjerit dalam
keadaan mabuknya. Pada keesokan harinya, Syeikh Syeikh Abu Sa’id menemui Syeikh
Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan meminta supaya beliau mengambil balik percikan
cahaya Keruhanian yang tersinar dalam dirinya itu akibat pelukan Syeikh Abul
Hassan ‘Ali Al-Kharqani karana katanya, beliau masih belum mencapai maqam
seperti yang dicapai oleh Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan beliau tidak
tahan dengan keadaan yang terlalu tinggi itu. Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
pun memeluk beliau sekali lagi dan kembalilah Syeikh Syeikh Abu Sa’id
sepertimana biasa. Ketika Syeikh Syeikh Abu Sa’id hendak pergi, beliau telah
berkata kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani ,aku memilih kamu untuk
menjadi Khalifahku.”Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani lalu memberitahu Syeikh
Abu Sa’id seperti berikut, “aku akan jadikan kamu seorang yang tinggi karena
Allah telah mengurniakan kamu kepaaku setelah aku berdoa kepadaNya memohon Dia
memberi kepaaku seorang sahabat yang dapat aku berbincang tentang hal-hal
Keruhanian dengannya. Syukurlah, Allah telah mengkabulkan permohonan itu .” Syeikh
‘Ali Bin ‘Utsman Al-Hujwiri Rahmatullah ‘alaih meriwayatkan bahwa beliau
mendengar dari Syeikh Hassan Mu’addib yang merupakan seorang juru khidmat bagi
Syeikh Syeikh Abu Sa’id bahwa apabila Syeikh Syeikh Abu Sa’id datang
menghadirkan diri disamping Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani, dia tidak akan
mengucapkan sebarang perkataan tetapi hanya mendengar dan hanya akan menjawab
dengan apa yang telah diucapkan oleh Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani . Syeikh
Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani telah bertanya kepada Syeikh Abu Sa’id ,
mengapakah beliau sentiasa mendiamkan diri? Syeikh Abu Sa’id Rahmatullah‘alaih menjawab,“Seorang penerjemah
adalah mencukupi untuk satu judul.” Syeikh ‘Ali Bin ‘Utsman Al-Hujwiri
Rahmatullah ‘alaih juga telah meriwayatkan bahawa beliau telah mendengar Syeikh
Abul-Qasim Qusyairi berkata, “Apabila aku tiba di Kharqan, kelancaranku mulai
keluar dan aku tidak lagi memiliki daya dan upaya untuk menerangkan keadaan
diriku di sebabkan amalan yang telah diberikan oleh pembimbing Keruhanian, dan
aku menyangka bahawa aku telah dilucutkan dariKewalianku.”
KERAMAT
KEBESARANNYA DANKEBESARAN KERAMATNYA
Pada suatu hari, Syeikh Abul
Hassan ‘Ali Al-Kharqani menggali tanah di rumahnya. Tiba-tiba uang perak
keluar. Ditutupnya tempat itu. Digali pula di tempat lain dan di situ keluar
pula emas. Ditutupnya lubang itu juga. Pada kali ketiganya keluar pula
intan.Lubang itu juga ditutupnya. Digalinya di tempat yang keempat, maka keluar
pula berlian. Itu pun ditutupnya.Kemudian Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
berdoa, “Ya Allah, walaupun aku dapat seluruh harta Dunia ini dan harta di
Akhirat kelak, namun tidak akan aku tukarkan dengan wajahMu.”Pada suatu hari,
seorang Sufi duduk di samping Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-harqani sambil
menunjukkan keramatnya dengan mengeluarkan seekor ikan hidup dari seember air
yang diletakkan di hadapan Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani . Syeikh
AbulHassan ‘Ali Al-Kharqani meletakkan tangannya dalam api dapur yang menyala
di hadapannya dan mengeluarkan ikan hidup dari dalam api itu. Kemudian, orang
itu meminta Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani melompat dengannya ke dalam api
itu dan lihatlah siapa akan hidup setelah masuk kedalam api itu. Syeikh Abul
Hassan ‘Ali Al-Kharqani menjawab,“Menunjukkan keramat itu tidaklah baik.
Marilah kita tenggelamkan diri kita dalam lautan Wujud Fana dan timbul semula
dengan memakai pakaian Wujud Baqa.” Orang Sufi itu pun diam. Pada suatu saat,
sebelum mulai berjalan menunaikan Haji, beberapa orang telah berjumpa dengan
Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan bertanya kepadanya apa yang mereka akan
mereka lakukan sekiranya ada perampuk menyerang mereka. Syeikh Abul Hassan ‘Ali
Al-Kharqani menjawab, “Ingatlah aku pada waktu itu.”Dalam perjalanan itu, Kafilah
yang mereka sertakan itu diserang oleh perampok. Semua orang dalam Kafilah itu
dirompak oleh perampok kecuali seorang yang ingat pada Syeikh Abul Hassan ‘Ali
Al-KharqaniPada saat orang itu ingat kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
, nampak olehnya Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani berada dihadapannya. Orang
itu dan barang-barangnya tidak kelihatan oleh perampok itu. Maka dia pun
selamat. Setelahkembali, orang-orang bertanya kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali
Al-Kharqani kenapa mereka tidak diselamatkan pada hal mereka berdoa kepada
Allah? Sedangkan orang itu hanya meminta pertolongan kepada beliau. Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani berkata, “Kamu
semua hanya menyebut Allah di mulut saja, tetapi aku mengingatNya dengan
seluruh jiwa ragaku. Olehitu, jika kamu semua mengingatiku, aku akan mengingati
Allah bagi pihak kamu semua dengan seluruh hati dan jiwa, dan permintaan kamu
akan dikabulkan. Tetapi jika kamu semua hanya menyebut Allah di bibir saja
tanpa terhunjam sepenuhnya dalam hati, maka permohonan kamu tidak akan
mendatangkan hasil.” Seorang Murid Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani meminta
kebenaran beliau hendak pergi ke Iraq untuk belajar Hadits, karena tidak ada
guru yang pakar di tempat beliau itu. Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
berkata, “Aku akan ajarkan kepada kamu sebagaimana aku belajar langsung dari
Rasulullah.” Murid itu tidak percaya dengan perkataan beliau itu. Tetapi saat
dia tidur, dia melihat Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
berkata bhawa apa yang dikatakan oleh Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani itu
adalah benar. Maka mulailah Murid itu belajar Hadits pada Syeikh Abul Hassan
‘Ali Al-Kharqani . Dalam pengajarannya, Ketika Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
berkata bahawa Hadits itu telah salah.Murid itu bertanya kenapa Hadits yang
demikian itu salah? Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani menjawab,“Nabi sentiasa
bersama aku pada saat aku mengajar engkau. Apabila satu Hadits salah
dinyatakan, mukanya berubah tanda tidak setuju. Dari situlah aku tahu sama ada
apakah satu Hadits itu betul atau tidak.” Suatu ketika Syeikh Abul Hassan ‘Ali
Al-Kharqani hadir dan mengambil bahagian dalam upacara Sama’ iaitu tarian muzik
Keruhanian di rumah seorang hamba Allah. Dalam Sama’ itu beliau telah sampai
kepada keadaan dzauq mabuk Allah dan memukul tanah dengan kakinya tiga kali.
Dinding rumah itu bergoyang dan orang lain merasai seolah-olah dinding itu
telah menari bersamanya serta juga tanah di situ. Setelahbeliau sadar semula,
beliau ditanya kenapa beliau berbuat demikian? Syeikh Abul Hassan ‘Ali
Al-Kharqani menjawab,“Sama’ ialah bagi mereka yang dalam keadaan itu telah
dibawa ke tingkat Ruhaniah yang tinggi di mana semua hijab tersingkap dan
mereka dapat melihat Alam Malaikat.” Satu
hari, seorang telah datang kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan
meminta kepada beliau hendak memakai pakaiannya agar dia dapat menjadi seperti
Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani juga. Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
bertanya,“Bolehkah perempuan yang memakai baju lelaki menjadi lelaki atau orang
lelaki memakai baju perempuanmenjadi perempuan?” Orang itu berkata tidak boleh,
lalu Syeikh abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani pun berkata, “Jika itu tidak mungkin,
bagaimana kamu memakai pakaianku boleh menjadi diriku?” Seorang ‘Alim telah
bertanya kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan meminta beliau memberi
ahan kepadanya. Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani berkata,“Serulah manusia ke
Jalan Allah dan janganlah panggil mereka kepada diri kamu sendiri. Jika
seorang‘Alim itu dengki kepada seorang ‘Alim yang lain yang menjalankan tugas
sepertinya juga iaitu mengajak manusia ke Jalan Allah, maka itu berarti dia
bukan mengajak manusiake Jalan Allah tetapi adalah kepada dirinya sendiri.
Jikatidak, apakah sebabnya dia dengki?”Pada suatu ketika, Syeikh Abu Sina
Rahmatullah‘alaih datang melawat Syeikh Abul Hassan ‘AliAl-Kharqani . Bila
sampai ke rumahSyeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani, beliau memanggil tuan rumah
itu.Datanglah isteri Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al- Kharqani . Isteri Syeikh
AbulHassan ‘Ali Al-Kharqani mengatakan Syeikh Abu Sina itu sebagai seorangkafir
dan meminta beliau jangan memanggil Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani karena
dia telah pergi mencari kayu api ke dalam hutan. Syeikh Abu Sina pergi mencari
Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani dan dilihatnya seekor singa membawa kayu
api Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani itu. Syeikh Abu Sina menundukkan
kepadalanya tanda hormat kepada Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani . Dalam
perbincangan mereka Syeikh Abu Sina bertanya kenapa isteri Syeikh Abul Hassan
‘Ali Al-Kharqani mengatakanya kafir? Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al- Kharqani
menjawab bahawa jikalau beliau tidak sabar terhadap isterinya itu, tentulah
beliau tidak dapat menguasai singa itu. Pada malam itu mereka pun bicara
tentang hal-hal Keruhanian dan Kesufian. Keesokan harinya tatkala Syeikh
AbulHassan ‘Ali Al-Kharqani memperbaikidinding rumahnya, sekeping besi yang
dipegangnya itu terjatuh. Sebelum beliau tunduk mengambil keeping besi yang
terjatuh itu, besi itu melayang sendirinya pergi ketangan Syeikh Abul Hassan
‘Ali Al-KharqaniDengan itu kepercayaan Syeikh Abu Sina tentang ketinggian
Ruhaniah Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani bertambah teguh dan semua
prasangkanya tentang ketinggian Ruhaniah Syeikh Abul Hassan ‘Ali Al-Kharqani
itu pun hilang dan lenyap.
Syekh Abu Yazid Thoifur Al-Busthomi
Syekh Abu Yazid Al Busthami Q.S.
Kelahiran
Abu
Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang
terletak di bagian timur Laut Persi. Beliau adalah salah seorang Sulton
Aulia, yang merupakan salah satu Sheikh yang ada di silsilah dalam
thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain.
Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di
negeri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah
golongan Shiddiqiyah."
Masa Hidupnya
Kakek
Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya
adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan
Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan.
"Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya
sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku
memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan
kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri. Setelah
sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid
mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu
ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan
kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid.
Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya,
"Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku". Si
guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya
menyambutnya dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang?
Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"
"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh SWT
memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak
dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat
menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh SWT
sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh
SWT semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata". "Anakku"
jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh SWT dan kubebaskan engkau
dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh
SWT. Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira
sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang
lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu
kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku
itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segala sesuatu yang
hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada
Alloh SWT. Kejadiannya adalah sebagai berikut:Pada suatu malam, ibu
meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam
tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun
kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut
dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur"."malam itu
udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu
terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku.
Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tangaku kaku.
"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya."Aku takut
ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata
kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka""Sepanjang malam aku
berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan
agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat
lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali". (Wahai,,,
ingatkah kita di Qur'an Surat Al-Baqoroh 255) Sedang Alloh SWT tidak
pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Mengapakah kita
masih sering terlena? Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh
SWT, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negeri ke negeri
lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus
menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia
belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah
memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara
guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid
sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu
Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu". "Jendela? Jendela yang
mana?", tanya Abu Yazid."Telah sekian lama engkau belajar disini dan
tidak pernah melihat jendela itu?""Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah
peduliku dengan jendela.Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap
hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang
ada di sini"."Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham.
Pelajaranmu telah selesai". (Wahai, bagaimanakah saat kita sholat?
Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa?) Mengapakah masih
peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur kemana-mana, hati masih
diskusi sendiri?" Celakalah engkau yang sholat, yaitu engkau yang di
dalam sholatmu lalai" Fawailulil musholin aladzinahum ansholatihim
sahun". "Inna sholati li dzikri" Abu Yazid mendengar bahwa di suatu
tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk
menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang
termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota
Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya."Jika ia memang telah
memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh SWT", Abu Yazid berkata
mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang
dilakukannya"Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat
puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan
dan menghormati masjid itu. (syari'at tanpa hakekat adalah kosong sedang
hakekat tanpa syari'at adalah batal). Setiap kali Abu Yazid tiba di
depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan
menangis."Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang
kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid.
Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya. (Lihatlah
do'a Nabi Adam atau do'a Nabi Yunus a.s "Laa ilaha ila anta Subhanaka
inni kuntum minadholimin", Tidak ada Tuhan melainkan engkau yaa Alloh,
sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do'a
Abunawas,' Ya Alloh kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya
tidaklah pantas aku berada di dalam sorga.Tetapi kalau aku kau masukkan
ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Alloh,
maka terimalah saja taubatku) Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan
waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia berjumpa
dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam
perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan
sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan:
"Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat
dikunjungi orang setiap saat". Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia
tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas kunjungan
ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya
akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah".
Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan
pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai
menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu
rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah
suci, banyak orang yang mengikutinya "Siapakah orang-orang ini?", ia
bertanya sambil melihat kebelakang."Mereka ingin berjalan bersamamu",
terdengar sebuah jawaban."Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah
Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku". Untuk menghilangkan
kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi
penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh,
Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana,
Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku,
maka Sembahlah Aku" "Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian
meninggalkannya. Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah
perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan,
Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid
memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala
seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia
tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi
mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai
lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun
untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah
mengenai dirinya".
Keutamaan dan Karamah
Suatu
ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai
tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat
beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.Setelah
beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai
anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".Kemudian si
pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung
onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang
satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak
memikul beban tersebut. "Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!",
seru si pemuda."Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya
mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu
Yazid kepadanya."Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu
kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku
kepadamu?" (Menuruti orang itu memang nggak ada benernya, seperti kisah
Luqman saat mendidik anaknya, diajaknya anaknya kepasar dengan membawa
keledai. Awalnya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah di suatu desa.
Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak
yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki
sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." . "Catat itu anakku "kata
Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan
keledai. Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu
melihat mereka dengan mencemooh,"Lihat itu , jaman sudah edan, itulah
contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai,
sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti
ini"."Catat itu anakku", kata Luqman lagi. Kini, dua-duanya berjalan
kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki.
Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu mencemooh,"Lihat
itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada
tunggangan keledai dibiarkan saja"."Catat itu anakku"kata Luqman .
Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul
berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat
mereka dan mencemooh,"Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai
tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya." Lukman berkata pada
anaknya" Catat itu waahai anakku. Kalau engkau menuruti omongan
orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka kuatkanlah keyakinanmu.)
Perjalanan Spiritual
Abu
Yazid mengisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Alloh setelah
Dia membebaskan diriku dari semua makhluq-Nya, menerangi diriku dengan
Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasiaNya dan menunjukkan
kebesaranNya kepadaku. Setelah menatap Alloh akupun memandang diriku
sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku
adalah kegelapan jika dibandingkan dengan CahayaNya, kebesaran diriku
sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaranNya, kemuliaan diriku
hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaanNya.
Di dalam Alloh segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan
cemar. Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena
cahaya Alloh. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan
dan kebesaranNya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena
kemahakuasaanNya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku,
sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas.
Segala kebaktianku bersumber dari Alloh, bukan dari diriku sendiri,
sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti
kepadaNya.Aku bertanya, "Ya Alloh, apakah ini?" Dia menjawab, "Semuanya
adalah Aku, tidak ada sesuatupun juga kecuali Aku. Dan sesungguhnya
tidak ada wujud selain wujudKu"Kemudian Ia menjahit mataku sehingga aku
tidak dapat melihat. Dia menyuruhku untuk merenungi akar permasalahan,
yaitu diriNya sendiri. Dia meniadakan aku dari kehidupanNya sendiri, dan
Ia memuliakan diriku.Kepadaku dibukakanNya rahasia diriNya sendiri
sedikitpun tidak tergoyahkan oleh karena adaku. Demikianlah Alloh,
Kebenaran Yang Tunggal menambahkan realitas kedalam diriku. Melalui
Alloh aku memandang Alloh, dan kulihat Alloh didalam realitasNya. Di
sana aku berdiam dan beristirahat untuk beberapa saat lamanya. kututup
telinga dari derap perjuangan. Lidah yang meminta-minta kutelan ke dalam
tenggorokan keputusasaan. Kucampakkan pengetahuan yang telah kutuntut
dan kubungkamkan kata hati yang menggoda kepada perbuatan-perbuatan
aniaya. Di sana aku berdiam dengan tenang. Dengan karunia Alloh aku
membuang kemewahan-kemewahan dari jalan yang menuju prinsip-prinsip
dasar. Alloh menaruh belas kasih kepadaku. Ia memberkahiku dengan
pengetahuan abadi dan menanam lidah kebajikanNya ke dalam tenggorokanku.
Untuk diciptakanNya sebuah mata dari cahayaNya, semua makhluk kulihat
melalui Dia. Dengan lidah kebajikan itu aku berkata-kata kepada Alloh,
dengan pengetahuan Alloh kuperoleh sebuah pengetahuan, dan dengan cahaya
Alloh aku menatap kepadaNya. Alloh berkata kepadaku, "Wahai engkau yang
tak memiliki sesuatupun jua namun telah memperoleh segalanya, yang tak
memiliki perbekalan namun telah memiliki kekayaan". "Ya Alloh"jawabku"
Jangan biarkan diriku terperdaya oleh semua itu. Jangan biarkan aku puas
dengan diriku sendiri tanpa mendambakan diri Mu. Adalah lebih baik jika
Engkau menjadi milikku tanpa aku, daripada aku menjadi milikku sendiri
tanpa Engkau.Lebih baik jika aku berkata-kata kepadaMu melalui Engkau,
daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau". Alloh
berkata, "Oleh karena itu perhatikanlah hukumKu dan janganlah engkau
melanggar perintah serta laranganKu, agar Kami berterima kasih akan
segala jerih payahmu" "Aku telah membuktikan imanku kepadaMu dan aku
benar-benar yakin bahwa sesungguhnya Engkau lebih pantas untuk
berterimakasih kepada diriMu sendiri dari pada kepada hambaMu. Bahkan
seandainya Engkau mengutuk diriku ini, Engkau bebas dari segala
perbuatan aniaya" "Dari siapakah engkau belajar?", tanya Alloh. "Ia Yang
Bertanya lebih tahu dari ia yang ditanya",jawabku," karena Ia adalah
Yang Dihasratkan dan Yang Menghasratkan, Yang Dijawab dan Yang Menjawab,
Yang Dirasakan dan Yang Merasakan, Yang Ditanya dan Yang
Bertanya".Setelah Dia menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku
mendengar seruan puas dari Aloh. Dia mencap diriku dengan cap
kepuasanNya. Dia menerangi diriku, menyelamatkan diriku dari kegelapan
hawa nafsu dankecemaran jasmani. Aku tahu bahwa melalui Dialah aku hidup
dan karena kelimpahanNya-lah aku bisa menghamparkan permadani
kebahagiaan di dalam hatiku. "Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang
engkau kehendaki", kata Alloh. "Engkaulah yang kuinginkan",jawabku,
"karena Engkau lebih dari kemurahan dan melalui Engkau telah kudapatkan
kepuasan di dalam Engkau. Karena Engkau adalah milikku, telah kugulung
catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan. Janganlah Engkau jauhkan aku
dari diriMu dan janganlah Engkau berikan kepadaku sesuatu yang lebih
rendah daripada Engkau". Beberapa lama Dia tak menjawab. Kemudian sambil
meletakkan mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku, berkatalah
Dia,:"Kebenaranlah yang engkau ucapkan dan realitaslah yang engkau cari,
karena itu engkau menyaksikan dan mendengarkan kebenaran". "Jika aku
telah melihat".,kataku pula, "melalui Engkau-lah aku melihat, dan jika
aku telah mendengar, melalui Engkaulah aku mendengar. Setelah Engkau,
barulah aku mendengar". Kemudian kuucapkan berbagai pujian kepadaNya.
Karena itu Ia hadiahkan kepadaku sayap keagungan, sehingga aku dapat
melayang-layang memandangi alam kebesaranNya dan hal-hal menakjubkan
dari ciptaanNya. Karena mengetahui kelemahanku dan apa-apa yang
kubutuhkan, maka Ia menguatkan diriku dengan perhiasan-perhiasanNya
sendiri. Ia menaruh mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan membuka
pintu istana ketauhidan untukku. Setelah Ia melihat betapa sifat-sifatku
tauhid ke dalam sifat-sifaNya, dihadiahkanNya kepadaku sebuah nama dari
hadiratNya sendiri dan berkata-kata kepadaku dalam wujudNya sendiri.
Maka terciptalah Tauhid Dzat dan punahlah perpisahan. "Kepuasan Kami
adalah kepuasanmu", kataNya, "dan kepuasanmu adalah kepuasan Kami.
Ucapan-ucapanmu tak mengandung kecemaran dan tak seorangpun akan
menghukummu karena ke-aku-anmu". Kemudian Dia menyuruhku untuk merasakan
hunjaman rasa cemburu dan setelah itu Ia menghidupkan aku kembali. Dari
dalam api pengujian itu aku keluar dalam keadaan suci bersih. Kemudian
Dia bertanya,: "Siapakah yang memiliki kerajaan ini""Engkau",
jawabku"Siapakah yang memiliki kekuasaan?""Engkau", jawabku"Siapakah
yang memiliki kehendak?""Engkau", jawabku Karena jawaban-jawabanku itu
persis seperti yang didengarkan pada awal penciptaan, maka
ditunjukkanNya kepadaku betapa jika bukan karena belas kasihNya, alam
semesta tidak akan pernah tenang, dan jika bukan karena cintaNya segala
sesuatu telah dibinasakan oleh keMahaPerkasaanNya. Dia memandangku
dengan mata Yang Maha Melihat melalui medium Yang Maha Memaksa, dan
segala sesuatu mengenai diriku sirna tak terlihat. Di dalam kemabukan
itu setiap lembah kuterjuni. Kulumatkan tubuhku ke dalam setiap wadah
gejolak api cemburu. Kupacu kuda pemburuan di dalam hutan belantara yang
luas. Kutemukan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada kepapaan dan
tidak ada yang lebih baik dari ketidak berdayaan (fana-red). Tiada
pelita yang lebih terang dari pada keheningan dan tiada kata-kata yang
lebih merdu dari pada kebisuan. Dan tiada pula gerak yang lebih sempurna
dari pada diam. Aku menghuni istana keheningan, aku mengenakan pakaian
ketabahan, sehingga segala masalah terlihat sampai keakar-akarnya. Dia
melihat betapa jasmani dan rohaniku bersih dari kilasan hawa nafsu,
kemudian dibukakanNya pintu kedamaian di dalam dadaku yang kelam dan
diberikanNya kepadaku lidah keselamatan dan ketauhidan. Kini telah
kumiliki sebuah lidah rahmat nan abadi, sebuah hati yang memancarkan nur
ilahi, dan mata yang ditempa oleh tanganNya sendiri. Karena Dia-lah aku
berbicara dan dengan kekuasaanNya-lah aku memegang. Karena melalui Dia
aku hidup, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Menghidupi, maka
aku tidak akan pernah mati. Karena telah mencapai tingkat keluhuran
ini, maka isyaratku adalah abadi, ucapanku berlaku untuk selama-lamanya,
lidahku adalah lidah tauhid dan ruhku adalah ruh keselamatan, ruh
Islam,. Aku tidak berbicara mengenai diriku sendiri sebagai seorang
pemberi peringatan. Dia-lah yang menggerakkan lidahku sesuai dengan
kehendakNya, sedang aku hanyalah seseorang yang menyampaikan. Sebenarnya
yang berkata-kata ini adalah Dia, bukan aku.Setelah memuliakan diriku
Dia berkata, "Hamba-hambaKu ingin bertemu denganmu". "Bukanlah
keinginanku untuk menemui mereka",jawabku. "Tetapi jika Engkau
menghendakiku untuk menemui mereka, maka aku tidak akan menentang
kehendakMu. Hiaslah diriku dengan ke-esaanMu, sehingga apabila
hamba-hambaMu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaanMu.
Dan mereka akan melihat Sang Pencipta semata-mata, bukan diriku ini".
Keinginanku ini dikabulkanNya. DitaruhNya mahkota kemurahan hati ke atas
kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku. Setelah itu Dia
berkata, "temuilah hamba-hambaKu itu".Akupun berjalan selangkah menjauhi
hadiratNya. Tetapi pada langkah yang kedua aku jatuh terjerumus.
Terdengarlah seruan,: "Bawalah kembali kekasihKu kemari. Ia tidak dapat
hidup tanpa Aku dan tidak ada satu jalanpun yang diketahuinya kecuali
jalan yang menuju Aku". Setelah aku mencapai taraf tauhid Dzat-itulah
saat pertama aku menatap Yang Esa-bertahun-tahun lamanya aku mengelana
di dalam lembah yang berada dikaki bukit pemahaman. Akhirnya aku menjadi
seekor burung dengan tubuh yang berasal dari ke-esa-an dan dengan sayap
keabadian. Terus menerus aku melayang-layang di angkasa kemutlakan.
Setelah terlepas dari segala sesuatu yang diciptakanNya, akupun berkata,
" Aku telah sampai kepada Sang Pencipta. Aku telah kembali kepadaNya".
Kemudian kutengadahkan kepalaku dari lembah kemuliaan. Dahagaku
kupuaskan seperti yang tak pernah terulang di sepanjang zaman. Kemudian
selama tiga puluh ribu tahun aku terbang di dalam sifatNya yang luas,
tigapuluh ribu tahun di dalam kemuliaan perbuatanNya, dan selama tiga
puluh ribu tahun di dalam keesaan DzatNya. Setelah berakhir masa
sembilan puluh ribu tahun, terlihat olehku Abu Yazid, dan segala yang
terpandang olehku adalah aku sendiri. Kemudian aku jelajahi empat ribu
padang belantara. Ketika sampai diakhir penjelajahan itu terlihat olehku
bahwa aku masih berada pada tahap awal kenabian. Maka kulanjutkan pula
pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk
beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah
mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini.
Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini". Tetapi
ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di tapak kaki
seorang Nabi. Maka sadarlah aku bahwa tingkat terakhir yang dapat
dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari
kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat
kubayangkan. Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan
Alloh. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak
peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?. Semua sukma
yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku
mencapai sukma manusia kesayangan Alloh, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah
olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai
cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu,
niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga
aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani
memandang tiang perkemahan Muhammad. Walaupun aku telah berjumpa dengan
Alloh, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad. Kemudian Abu
Yazid berkata, "Ya Alloh, segala sesuatu yang telah terlihat olehku
adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepadaMu selama aku
ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus
kulakukan?" Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu
ikutilah kekasih Kami, Muhammad, si orang Arab. Usaplah matamu dengan
debu kakinya dan ikutilah jejaknya. Maka terjunlah aku ke dalam lautan
api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai
cahaya yang mengelilingi Muhammad. Dan kemudian tak kulihat diriku
sendiri, yang kulihat Muhammad. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid
berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak
Muhammad. PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ. Yahya
bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu,
menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang
telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?""Aku
tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada
seseorang yangsehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada
bertepi namun masih merasa haus dan dahaga". Yahya bin Mu'adz menyurati
lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat
pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon
Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu". Bersamaan surat itu dia
kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena
aku telah membuatnya dari air zam-zam". Di dalam jawabannya Abu Yazid
berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai
tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada
saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang
engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah
mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak
mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan". Maka Yahya bin
Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat
Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:" Aku tidak mau mengganggu Syech
Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka
pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat
menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku.
Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'.
Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya.
Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu
Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala
hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini". Setelah sadar, Yahya
mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah
dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh
kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan
karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata".
"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena
bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu
segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya."Diamlah!", sela
Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya,
karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya.
Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah
kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal
diriNya. "Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku
sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam
tadi". "Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril,
kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan
kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan
mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid."
Tetaplah merenung Yang Maha Tinggi dan jangan rendahkan pandanganmu,
karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka
hal itulah yang akan membutakan matamu" Suatu hari Abu Yazid
berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka
lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu
Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.
Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan
berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala
makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi
dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat
masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan
seperti itu?" Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara
diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada
awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau
mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'.
Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi
jalan kepadanya". Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju
Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di
waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa
sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepada Abu
Yazid."baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu
Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yangmenghadang dengan pedang
terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah
engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan
Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya. Hatim Tuli-salah seorang
waliyulloh masa itu-, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di
antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari
berbangkit nanti, ia bukan muridku". Perkataan Hatim ini disampaikan
orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu yazid menambahkan," Barang siapa
yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang
dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu
kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku".
ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada
seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia
mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa
mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan
tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama
sahabat-sahabat beliau. Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu
Yazid,"pada hari ini genaplah tiga puluh tahun lamanya aku berpuasa dan
memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun
pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku.
Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang
mendengarkan ceramah-ceramahmu". "Walaupun engkau berpuasa siang malam
selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak
akan dapat engkau hayati". "Mengapa demikian?",tanya si murid."Karena
matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid."Apakah yang harus
kulakukan?",tanya si murid pula."Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau
menerimanya", jawab Abu Yazid."Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar
kulakukan seperti yang engkau petuahkan"."Baiklah!", jawab Abu
Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan
pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang
terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian
pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan
katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang
yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling
kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu.
Itulah yang harus engkau lakukan". "Maha besar Alloh!Tiada Tuhan kecuali
Alloh", cetus si murid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu."Jika
seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang
Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama
engkau telah mempersekutukan Alloh"."Mengapa begitu?",tanya si
murid."Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat
seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata
tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan
untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah
mempersekutukan Alloh?". "Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan.
Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan."Hanya itu yang
dapat kusarankan",jawab Abu Yazid menegaskan."Aku tak sanggup
melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya."Bukankah telah aku
katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau
tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid.(Duhai, sadarlah aku
bahwa kesombongan dalam diriku begitu tebal, betapa pentingnya aku,
betapa mulianya aku, betapa orang lain berada lebih rendah dari
aku.....lihat nggantengku, lihat kekayaanku, lihat kepandaianku,...lihat
kekuatanku....lihat kekuasaanku......! Besi mesti dipanasi untuk
dijadikan pedang, besi mesti ditempa untuk dibuat menjadi tajam. Batu
kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan
Laa illaha ilalloh". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilalloh' )"Engkau
dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid.
"Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid. "Engkau
dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu"
"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti
dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".
"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia
sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang
manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun
kecuali kepada Alloh SWT". Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau
mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?". "Pada suatu malam ketika
aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan
bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu
kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya
sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut
dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru "Ya Alloh, sebuah
istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya
yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah
jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun
memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk
memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas
menghuni istana ini". "Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua
manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi
penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya
memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang
menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku
baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat
manusia akan menyebutmu. Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali
memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu.
Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat
olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya
memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak
terlihat olehku". Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada
Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang
senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku,
siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru,
apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi
kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku". "Anakku",Abu
Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah
memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali
aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan
olehku"
Abu Yazid mengisahkan:
Suatu
hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam
benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu
hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan
dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah
persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat
itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku. Tiga hari
tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat
kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang
datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama,
terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku
mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan
kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku. "Sejauh ini
engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup
dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk
Bustham bersama Abu Yazid?" "Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya
kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?""Sejakengkau bersumpah itu
telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia
menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!" Setelah berkata
demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.
Wafatnya Sheikh Abu Yazid Al Bustami
Diriwayatkan
bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya.
Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid
mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.
Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan
sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba
itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh: " Ya
Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan
seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan
sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan
selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan
Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual
khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan
betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa
aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu. Semua
yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau
mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas
segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku
dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu
tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh
puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan. Dari
padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru
sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang
inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang
inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala
sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima
ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak
mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan
hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu
limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku
karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah
mematuhiMu. Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan
menyebut nama Alloh pada tahun 261 H bertepatan dengan tahun 874 M.
Ya
Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah
kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin.
Akibat tak menghormati aulia allah di takutkan su,ul khotimah(mati yang jahat)
Syekh Abu Yaqub Yusuf Al-Hamdani, Wali Qutub
Syekh Abu Ya’qub Yusuf Al-Hamdani adalah termasuk salah seorang tokoh
sufi yang sangat terkenal dan besar sekali pengaruhnya. Beliau pun
dikenal pula sebagai seorang Wali Qutub atau Wali Ghauts, yakni pemimpin
para wali pada zamannya.
Beliau adalah salah satu arif billah yang agung, penjaga sunnah Nabi
Muhammad SAW. Syekh Ya’qub al-Hamadzani adalah salah satu Wali Allah
yang menempati maqam ghauts al-adhim, dan merupakan salah satu figur
utama dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah.
Syekh Abu Ya’qub Yusuf ibn Ayyab ibn Yusuf ibn al-Husayn al-Hamadani
lahir di Buzanjird, daerah Hamadan, sekitar tahun 404 H. Setelah
menempuh pendidikan awal di tanah kelahiran, pada usia 18 tahun beliau
pindah ke Baghdad. Beliau mendalami fiqh mazhab Syafi’i kepada Syekh
Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Fairuzabadi. Beliau juga berguru dan
bersahabat dengan Syekh Abu Ishaq as-Shirazi, seorang ulama besar di
sana. Karena kecerdasannya, Syekh Yusuf menjadi rujukan bagi banyak
ulama. Namanya terkenal hingga ke Isfahan, Bukhara, Samarqand, Khwarazm
dan sebagian besar kawasan Asia Tengah.
Tetapi kemudian beliau meninggalkan popularitasnya dan lebih memilih
uzlah untuk mujahadah dan menjalani riyadhah spiritual yang ketat.
Beliau bergabung bersama beberapa sufi seperti Syekh Abdullah Ghuwayni
dan Syekh Hasan Simnani. Beliau juga berguru kepada Syekh Abu Ali
al-Farmadhi. Berkat ketekunannya beliau akhirnya mencapai kedudukan
Ghauts, Sang Penolong, sebuah kedudukan yang tinggi dalam hirarki
kewalian. Beliau kemudian menetap di Merv dan sejak saat itu banyak
karamah yang diperlihatkannya. Beliau meninggal di Khurasan pada 12
Rabiul Awwal 535 H dan di makamkan di Merv. Makamnya menjadi tujuan
banyak peziarah Muslim.
Ajaran dan karamah
Selain mengajar ilmu fiqh dan ilmu eksoteris lainnya, Syekh Yusuf
Hamadani sering mengemukakan beberapa ajaran ruhani atau esoteris yang
langsung diperolehnya dari khazanah ilmu Tuhan. Namun dalam hal ini
beliau lebih sering menggunakan metafora atau kiasan untuk menjelaskan
rahasia-rahasia yang pelik, yang hakikatnya hanya bisa diketahui oleh
para Wali Allah. Menurutnya, sebagian dari Wali Allah mendengar langsung
firman-Nya melalui kesaksian transenden, sebagian Wali Allah lainnya
mendengar melalui wahdaniyya, sebagian lagi melalui Kekuasaan-Nya, dan
sebagian lagi melalui Rahmat-Nya. Melalui keterbukaan auditif inilah
Awliya Allah mendapat pesan Tuhan, mendapat ilmu ladunni dan kabar-kabar
baik dari hadirat Ilahi. Mereka memahami makna terdalam pesan-pesan
Ilahiah. Sebagian mereka tenggelam dalam keabadian (baqa) kerahasiaan
(sirr). Allah menjadikan saksi atas mukasyafah hamba-hamba-Nya yang
terpilih, Awliya Allah, dan Allah menghiasi mereka dengan amal salih dan
memberi karunia sifat-sifat-Nya kepada mereka.
Syekh Ya’qub memiliki banyak karamah, dan yang terkenal adalah karamah
yang bersumber dari asma Allah Al-Qahhar. Dalam riwayat dikisahkan
bahwa suatu ketika datang dua ulama fiqh yang mengkritik Syekh Yusuf
Hamadani dengan kasar: “Diamlah kamu, karena engkau melakukan bid’ah.”
Syekh Yusuf menjawab, “Jangan bicara perkara yang tak engkau pahami.
Lebih kalian mati ketimbang hidup.” Begitu beliau selesai mengucapkan
kalimat ini, dua ulama zahir itu jatuh meninggal dunia.
Syekh Yusuf Hamadani juga terkenal bisa berada di beberapa tempat
sekaligus, dan beliau bisa datang ke tempat manapun yang beliau
kehendaki dalam waktu singkat. Beliau bisa membaca pikiran dan hati
orang lain. Beliau bisa memprediksi nasib orang dengan tepat. Menurut
riwayat, Syekh Yusuf Hamadani memprediksikan ketinggian kedudukan Syekh
ABDUL QADIR AL-JAILANI. Beliau pula yang meramalkan bahwa kelak Syekh
Abdul Qadir al-Jailani akan mengucapkan kalimat yang amat terkenal,
“Kakiku berada di atas bahu semua Awliya Allah.”
Mengenai kekeramatan atau karomah beliau meramalkan tentang Syekh Abdul Qadir seperti kisah berikut :
Ketika belajar di Baghdad, Syekh Abdul Qadir Jailani dan teman-temannya
sering mengunjungi orang-orang saleh. Pada suatu hari ia bersama dua
orang temannya mengunjungi seorang Wali Ghauts yang dapat muncul
sewaktu-waktu, yaitu Syekh Abu Ya’qub Al-Hamdani.
Sebelum mereka tiba ditempat tujuan, temannya yang bernama Ibnu Saqa’
berkata,”Aku akan mengajukan pertanyaan yang tidak akan diketahui
jawabannya.”
Sementara satu temannya lagi yang bernama Abdullah bin Abi Asrun
berkata,”Aku akan mengajukan pertannyaan yang akan kulihat bagaimanakah
jawabannya.”
Adapun Syekh Abdul Qadir hanya berkata,”Aku berlindung kepada Allah dari
pengajukan pertanyaan kepada beliau. Yang aku harapkan adalah berkat
beliau.”
Sewaktu mereka tiba dirumah yang dituju, Syekh Abu Ya’qub tidak ada.
Namun beberapa saat kemudian, tahu-tahu beliau sudah ada dihadapan
mereka. Syekh Abu Yaqub memandang Ibnu Saqa’ dengan tajam seraya
berkata,”Hai Ibnu Saqa’ apakah engkau akan menanyakan sesuatu yang tidak
akan kuketahui jawabannya? Sungguh celaka engkau! Sungguh kulihat
dimulutmu tersembul tanda kekafiran.”
Setelah itu beliau menyebut pertanyaan yang akan diajukan Ibnu Saqa’ dan
sekaligus menjawabnya. Padahal Ibnu Saqa’ belum sempat berkata
sepatahpun.
Kemudian Syekh berkata kepada Abdullah, “Hai Abdullah, apakah engkau
akan menanyakan persoalan untuk kamu lihat jawabannya? Ketahuilah, kamu
kelak akan diuji dengan banyaknya kekayaan yang datang kepadamu, akibat
sikapmu yang tidak sopan kepadaku.” Seperti tadi, beliau menyebutkan
pertanyaan yang ada dihati tamunya sekaligus menjawabnya.
Selanjutnya beliau menoleh kepada Syekh Abdul Qadir yamg waktu itu
masih muda, dan menyuruh agar duduk didekatnya. Syekh Abu Ya’qub lalu
berkata, “Hai Abdul Qadir, Allah dan RasulNya sangat senang dengan
kesopananmu. aku seolah-olah melihat, kelak dikota Baghdad, engkau akan
duduk memberikan pelajaran agama dihadapan para santri yang berdatangan
dari segala penjuru. Akupun seolah-olah melihat, setiap wali yang ada
pada masamu, semuanya tunduk melihat keagunganmu. Ketahuilah sebenarnya
kedua telapak kakiku ini berada diatas tengkuk setiap wali Allah.”
Setelah berkata demikian, tiba-tiba sang Wali Quthub lenyap dari
pandangan mata para tamunya, tanpa diketahui kemana perginya.
Nah, kelak dikemudian hari apa yang dikatakan oleh Syekh Abu Ya’qub
Al-Hamdani semuanya menjadi kenyataan dimana Syekh Abdul Qadir Jailani
menjadi pemimpin para Wali.
Dalam kitab Qalaidul Jawahir disebutkan, bahwa Syekh Abu Ya’qub wafat
pada tahun 535 H. Setelah meninggal, ruh beliau mengajarkan rahasia
zikir kepada Syekh ABDUL KHALIQ AL-FADJWANI melalui visi spiritual.
Dikutip Dari berbagai Sumber
Syeh Yusuf Hamadani
Syekh Yusuf Hamadani: Penyimpan Rahasia Zikir
Posted by: Mbah Lalar
3 July 2011
YUSUF AL-HAMADANI
Beliau adalah salah satu arif billah yang agung, penjaga sunnah Nabi Muhammad SAW. Syekh Yusuf al-Hamadzani adalah salah satu Wali Allah yang menempati maqam ghauts al-adhim, dan merupakan salah satu figur utama dalam mata rantai silsilah Tarekat Naqsyabandiyyah.
Syekh Abu Ya’qub Yusuf ibn Ayyab ibn Yusuf ibn al-Husayn al-Hamadani lahir di Buzanjird, daerah Hamadan, sekitar tahun 404 H. Setelah menempuh pendidikan awal di tanah kelahiran, pada usia 18 tahun beliau pindah ke Baghdad. Beliau mendalami fiqh mazhab Syafi’i kepada Syekh Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Fairuzabadi. Beliau juga berguru dan bersahabat dengan Syekh Abu Ishaq as-Shirazi, seorang ulama besar di sana. Karena kecerdasannya, Syekh Yusuf menjadi rujukan bagi banyak ulama. Namanya terkenal hingga ke Isfahan, Bukhara, Samarqand, Khwarazm dan sebagian besar kawasan Asia Tengah.
Tetapi kemudian beliau meninggalkan popularitasnya dan lebih memilih uzlah untuk mujahadah dan menjalani riyadhah spiritual yang ketat. Beliau bergabung bersama beberapa sufi seperti Syekh Abdullah Ghuwayni dan Syekh Hasan Simnani. Beliau juga berguru kepada Syekh Abu Ali al-Farmadhi. Berkat ketekunannya beliau akhirnya mencapai kedudukan Ghauts, Sang Penolong, sebuah kedudukan yang tinggi dalam hirarki kewalian. Beliau kemudian menetap di Merv dan sejak saat itu banyak karamah yang diperlihatkannya. Beliau meninggal di Khurasan pada 12 Rabiul Awwal 535 H dan di makamkan di Merv. Makamnya menjadi tujuan banyak peziarah Muslim.
Ajaran dan karamah
Selain mengajar ilmu fiqh dan ilmu eksoteris lainnya, Syekh Yusuf Hamadani sering mengemukakan beberapa ajaran ruhani atau esoteris yang langsung diperolehnya dari khazanah ilmu Tuhan. Namun dalam hal ini beliau lebih sering menggunakan metafora atau kiasan untuk menjelaskan rahasia-rahasia yang pelik, yang hakikatnya hanya bisa diketahui oleh para Wali Allah. Menurutnya, sebagian dari Wali Allah mendengar langsung firman-Nya melalui kesaksian transenden, sebagian Wali Allah lainnya mendengar melalui wahdaniyya, sebagian lagi melalui Kekuasaan-Nya, dan sebagian lagi melalui Rahmat-Nya. Melalui keterbukaan auditif inilah Awliya Allah mendapat pesan Tuhan, mendapat ilmu ladunni dan kabar-kabar baik dari hadirat Ilahi. Mereka memahami makna terdalam pesan-pesan Ilahiah. Sebagian mereka tenggelam dalam keabadian (baqa) kerahasiaan (sirr). Allah menjadikan saksi atas mukasyafah hamba-hamba-Nya yang terpilih, Awliya Allah, dan Allah menghiasi mereka dengan amal salih dan memberi karunia sifat-sifat-Nya kepada mereka.
Syekh Yusuf memiliki banyak karamah, dan yang terkenal adalah karamah yang bersumber dari asma Allah Al-Qahhar. Dalam riwayat dikisahkan bahwa suatu ketika datang dua ulama fiqh yang mengkritik Syekh Yusuf Hamadani dengan kasar: “Diamlah kamu, karena engkau melakukan bid’ah.” Syekh Yusuf menjawab, “Jangan bicara perkara yang tak engkau pahami. Lebih kalian mati ketimbang hidup.” Begitu beliau selesai mengucapkan kalimat ini, dua ulama zahir itu jatuh meninggal dunia.
Syekh Yusuf Hamadani juga terkenal bisa berada di beberapa tempat sekaligus, dan beliau bisa datang ke tempat manapun yang beliau kehendaki dalam waktu singkat. Beliau bisa membaca pikiran dan hati orang lain. Beliau bisa memprediksi nasib orang dengan tepat. Menurut riwayat, Syekh Yusuf Hamadani memprediksikan ketinggian kedudukan Syekh ABDUL QADIR AL-JAILANI. Beliau pula yang meramalkan bahwa kelak Syekh Abdul Qadir al-Jailani akan mengucapkan kalimat yang amat terkenal, “kakiku berada di atas bahu semua Awliya Allah.” Setelah meninggal, ruh beliau mengajarkan rahasia zikir kepada Syekh ABDUL KHALIQ AL-GHUJDWANI melalui visi spiritual.
http://warkopmbahlalar.com
Langganan:
Postingan (Atom)