Minggu, 13 April 2014

Syeh Yusuf Hamadani

Syekh Yusuf Hamadani: Penyimpan Rahasia Zikir

YUSUF AL-HAMADANI

Beliau adalah salah satu arif billah yang agung, penjaga sunnah Nabi Muhammad SAW. Syekh Yusuf al-Hamadzani adalah salah satu Wali Allah yang menempati maqam ghauts al-adhim, dan merupakan salah satu figur utama dalam mata rantai silsilah Tarekat Naqsyabandiyyah.
Syekh Abu Ya’qub Yusuf ibn Ayyab ibn Yusuf ibn al-Husayn al-Hamadani lahir di Buzanjird, daerah Hamadan, sekitar tahun 404 H. Setelah menempuh pendidikan awal di tanah kelahiran, pada usia 18 tahun beliau pindah ke Baghdad. Beliau mendalami fiqh mazhab Syafi’i kepada Syekh Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Fairuzabadi. Beliau juga berguru dan bersahabat dengan Syekh Abu Ishaq as-Shirazi, seorang ulama besar di sana. Karena kecerdasannya, Syekh Yusuf menjadi rujukan bagi banyak ulama. Namanya terkenal hingga ke Isfahan, Bukhara, Samarqand, Khwarazm dan sebagian besar kawasan Asia Tengah.
Tetapi kemudian beliau meninggalkan popularitasnya dan lebih memilih uzlah untuk mujahadah dan menjalani riyadhah spiritual yang ketat. Beliau bergabung bersama beberapa sufi seperti Syekh Abdullah Ghuwayni dan Syekh Hasan Simnani. Beliau juga berguru kepada Syekh Abu Ali al-Farmadhi. Berkat ketekunannya beliau akhirnya mencapai kedudukan Ghauts, Sang Penolong, sebuah kedudukan yang tinggi dalam hirarki kewalian. Beliau kemudian menetap di Merv dan sejak saat itu banyak karamah yang diperlihatkannya. Beliau meninggal di Khurasan pada 12 Rabiul Awwal 535 H dan di makamkan di Merv. Makamnya menjadi tujuan banyak peziarah Muslim.
Ajaran dan karamah
Selain mengajar ilmu fiqh dan ilmu eksoteris lainnya, Syekh Yusuf Hamadani sering mengemukakan beberapa ajaran ruhani atau esoteris yang langsung diperolehnya dari khazanah ilmu Tuhan. Namun dalam hal ini beliau lebih sering menggunakan metafora atau kiasan untuk menjelaskan rahasia-rahasia yang pelik, yang hakikatnya hanya bisa diketahui oleh para Wali Allah. Menurutnya, sebagian dari Wali Allah mendengar langsung firman-Nya melalui kesaksian transenden,  sebagian Wali Allah lainnya mendengar melalui wahdaniyya, sebagian lagi melalui Kekuasaan-Nya, dan sebagian lagi melalui Rahmat-Nya. Melalui keterbukaan auditif inilah Awliya Allah mendapat pesan Tuhan, mendapat ilmu ladunni dan kabar-kabar baik dari hadirat Ilahi. Mereka memahami makna terdalam pesan-pesan Ilahiah. Sebagian mereka tenggelam dalam keabadian (baqa) kerahasiaan (sirr). Allah menjadikan saksi atas mukasyafah hamba-hamba-Nya yang terpilih, Awliya Allah, dan Allah menghiasi mereka dengan amal salih dan memberi karunia sifat-sifat-Nya kepada mereka.
Syekh Yusuf memiliki banyak karamah, dan yang terkenal adalah karamah yang bersumber dari asma Allah Al-Qahhar. Dalam riwayat dikisahkan bahwa suatu ketika datang dua ulama fiqh yang mengkritik Syekh Yusuf Hamadani dengan kasar: “Diamlah kamu, karena engkau melakukan bid’ah.” Syekh Yusuf menjawab, “Jangan bicara perkara yang tak engkau pahami. Lebih kalian mati ketimbang hidup.” Begitu beliau selesai mengucapkan kalimat ini, dua ulama zahir itu jatuh meninggal dunia.
Syekh Yusuf Hamadani juga terkenal bisa berada di beberapa tempat sekaligus, dan beliau bisa datang ke tempat manapun yang beliau kehendaki dalam waktu singkat. Beliau bisa membaca pikiran dan hati orang lain. Beliau bisa memprediksi nasib orang dengan tepat. Menurut riwayat, Syekh Yusuf Hamadani memprediksikan ketinggian kedudukan Syekh ABDUL QADIR AL-JAILANI. Beliau pula yang meramalkan bahwa kelak Syekh Abdul Qadir al-Jailani akan mengucapkan kalimat yang amat terkenal, “kakiku berada di atas bahu semua Awliya Allah.” Setelah meninggal, ruh beliau mengajarkan rahasia zikir kepada Syekh ABDUL KHALIQ AL-GHUJDWANI melalui visi spiritual.
 http://warkopmbahlalar.com